Showing posts with label Ilmu. Show all posts
Showing posts with label Ilmu. Show all posts

9.4.22

Tafakkur

 

Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag.

Sahabatku yang budiman. Ada dua kosa kata yang terdengar samar sama dan berasal dari akar kata yang sama yaitu 'BERPIKIR' & 'TAFAKKUR'. Namun kedua kosa kata ini memiliki muatan makna yang berbeda dan fokus yang berbeda. 


Berpikir lebih berfokus pada proses kerja otak biologis manusia sementara tafakkur lebih berfokus pada kerja spritualitas hati dan bernuansa teologis dan ibadah. Oleh karena itu, Tafakkur menjadi term tasauf & filsafat. Bisa disebut renungan religi, kebanyakan para ulama menjelaskan bahwa dalam bertafakkur ada obyek yang dituju dan akan ada hasil yang didapati dari ber-tafakkur tersebut. 


Di antara obyek tafakkur dimaksud antara lain :

(1) Tafakkur tentang ayat-ayat Allah dan hasil yang didapati, yang dihasilkan adalah tauhid dan keyakinan kepada Allah.

(2) Tafakkur tentang nikmat-nikmat Allah, hasil yang dilahirkan dan didapati adalah rasa cinta dan bersyukur kepada Allah.

(3) Tafakkur tentang janji-janji Allah dan hasil yang didapati adalah rasa cinta kepada akhirat.

(4) Tafakkur tentang ancaman Allah dan hasil yang diperoleh adalah sikap waspada terhadap perbuatan dosa.

(5) Tafakkur tentang kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan hasil yang didapati rasa malu kepada Allah.


Kita meyakini bahwa bertafakkur dengan 5 obyek tafakkur di atas akan menghasilkan hasil yang berkualitas. Ayat-ayat Allah, nikmat-nikmat Allah, janji-janji Allah, ancaman Allah, dan kekurangan-kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan sejatinya kita jadikan sebagai obyek tafakkur. Tafakkur sesaat lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun (H.R. Ibn Hiban).


Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag.

(Diresume dari kitab Nashaihul Ibad, Nawawi al-Bantani halaman. 31, al-maqalah al-khamisata asyrata. Ke-15)


#6Ramadhan #1443H

Konsumsi Dalam Pokok Ekonomi

 


Kegiatan pokok ekonomi meliputi: kegaitan produksi, distribusi, dan konsumsi. Ketiga kegiatan tersebut saling berkait dan tidak dapat terpisahkan. Dalam perekonomian modern, kegiatan yang dilakukan produsen, distributor, dan konsumen tidak mungkin berada pada satu orang.


Kegiatan Konsumsi

Konsumsi dalam arti ekonomi adalah kegiatan mengurangi atau menghabiskan kegunaan suatu barang atau jasa secara langsung balik dilakukan secara berangsur-angsur maupun habis sekaligus.


Perilaku konsumtif adalah orang yang menggunakan kekayaannya untuk melakukan konsumsi.


Aspek positif perilaku konsumtif

  • Mendorong seseorang meningkatkan pendapatannya Menciptakan pasar bagi produsen Membuka lapangan kerja
  • Mendorong produsen meningkatkan teknologi
  • Mempercepat proses pertukaran barang dan jasa


Aspek negatif perilaku konsumtif Berkurangnya kesempatan untuk menabung (hidup boros)

  • Cenderung melupakan kebutuhan masa depan
  • Mendorong konsumen melakukan pengeluaran diluar batas kemampuannya
  • Investasi rendah


Tujuan konsumsi bagi konsumen adalah untuk mencapai kepuasan yang maksimal dengan menggunakan dana yang tersedia. 

Dalam usahanya untuk mencapai kepuasan yang maksimal, maka konsumen harus dapat memilih kombinasi barang dan atau jasa yang terbaik dengan mengetahui pola konsumsi. Berkaitan dengan konsumsi, terdapat Hukum Gossen I dan II.


Hukum Gossen I: "Jika seseorang mengkonsumsi 1 macam barang secara terus menerus, mula-mula akan memberikan kepuasan yang semakin bertambah, tetapi pada titik tertentu tingkat kepuasan akan menurun hingga titik nol (tidak memberikan kepuasan)." 

Hukum Gossen II: "Manusia berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya sampai tingkat intensitas yang sama."


Pola konsumsi

Pola konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang/rumah tangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari pendapatannya.

Pola konsumsi keluarga/seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor: 

  • besarnya pendapatan
  • jumlah anggota keluarga 
  • tingkat harga kebutuhan
  • tingkat pendidikan dan status sosial
  • lingkungan masyarakat
  • usia 
  • jenis kelamin 

Penghasilan rumah tangga

  • usaha sendiri (laba) 
  • bekerja pada orang lain (upah/gaji) 
  • hasil dari milik (sewa) 
  • bunga modal/deposito/tabungan
  • dan lain-lain, misalnya uang pensiun, sumbangan/hadiah, dan pinjaman/hutang.

Semua penghasilan dan penerimaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 


Pengeluaran rumah tangga

Besar kecilnya pengeluaran keluarga tergantung pada beberapa hal sebagai berikut: 

  • tingkat penghasilan
  • besar kecilnya keluarga 
  • tingkat harga kebutuhan
  • tingkat pendidikan dan kedudukan sosial 
  • lingkungan sosial ekonomi


Engels seorang ekonom dari Jerman mengemukakan hubungan antara pendapatan dengan konsumsi. Bunyi Hukum Engels adalah: "Semakin besar pendapatan seseorang, maka semakin kecil bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi, dan sebaliknya, semakin kecil pendapatan seseorang, maka semakin besar bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi."


Pendapatan (Y) = Konsumsi (C) - Tabungan (S)


Contoh: 

Y mula-mula Rp 2.000.000,00, C = Rp 1.800.000,00, S = Rp 200.000,00 bagian pendapatan untuk konsumsi = (Rp 1.800.000,00 : Rp 2.000.000,00) x 100% = 90%


Jika Y naik menjadi Rp 2.500.000,00, C= Rp 2.000.000,00, S= Rp 500.000,00 bagian pendapatan untuk konsumsi = (Rp 2.000.000,00 : Rp 2.500.000,00) x 100% = 80%


Menyusun anggaran belanja rumah tangga

Anggaran belanja adalah suatu rencana yang disusun sedemikian rupa sehingga jumlah pengeluaran disesuaikan dengan jumlah penerimaan dalam jangka waktu tertentu Cara menyusun anggaran belanja rumah tangga adalah sebagai berikut: 

  • Memperkirakan jumlah uang yang akan diterima pada bulan yang akan datang 
  • Menyusun suatu daftar kebutuhan, yang disusun berdasarkan prioritas yaitu kebutuhan primer dan sekunder.  
  • Membuat taksiran harga atas jumlah yang diterima dengan jumlah pengeluaran.


Hak-hak dasar konsumen

  • Hak akan keselamatan 
  • Hak untuk diberi informasi
  • Hak untuk memilih 
  • Hak untuk didengar (mendapat ganti rugi)
  • Hak menikmati lingkungan bersih dan sehat 
  • Hak orang miskin dan minoritas lain untuk dilindungi kepentingannya

Primagama, Ekonomi, kelas 9, h 20-21

7.4.22

Perusak Hati

 


Sahabatku yang budiman. Tidak mudah memang untuk menjaga hati, Perusak hati datang silih berganti. Hati orang yang semacam kita ini selalu terus diganggu. Karena itu, kita selalu berupaya untuk mendidik dan menjaganya agar tidak menjadi hati yang mati. Bersyukurlah bagi sahabat-sahabat kita yang lain yang telah mampu menjaga hatinya tanpa henti. 


Hasan al-Basri, salah seorang tabi'in kubro rahimahullah pernah berkata mengingatkan kita,  "Rusaknya hati seorang muslim disebabkan oleh 6 faktor" yaitu diantaranya:

(1) Sengaja berbuat dosa dengan harapan bisa bertaubat dan berharap taubatnya diterima.

(2) Memiliki ilmu namun enggan mengamalkannya.

(3) Beramal dan berbuat tetapi tidak disertai dengan dengan keikhlasan. 

(4) Makan, minum dan menikmati rizki Allah tetapi tidak mau mensyukurinya.

(5) Tidak ridha dengan pemberian yang telah diberikan Allah.

(6) Pernah dan ikut menguburkan janazah tetapi enggan mengambil  pelajaran dari kematian tersebut.


Nasehat sang ulama dan cendikiawan Hasan al-Basri di atas menjadi nasehat penting bagi kita, demi untuk menjadi  seorang muslim pemilik hati yang tidak rusak. Mari kita didik dan kita jaga hati kita dengan terus berdoa, semoga hati kita tidak rusak, terpelihara dari berbagai virus penyakit hati. Jangan abaikan dosa dan merasa taubat gampang diterima, amalkan ilmu yang dimiliki, ikhlaslah berbuat dan lupakan perbuatan baik yang pernah dilakukan, Syukuri apa yang dimakan, diminum dan dinikmati, Terima apa yang sudah diberikan, dan jadikan kematian sebagai nasehat. 


(Diulas dari Kitab Nashaihul 'Ibad, karya Syekh Nawawi al-Bantani, halaman 42, bab as-Sudasi, al-maqalah ats-tsaniyata 'asyara)


#5Ramadhan #1443H

Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin Alwi, M.Ag

Lima Golongan Jangan Diabaikan dan Diremehkan

 


Sahabatku yang budiman. Dalam kehidupan ini kadangkala kita abai dengan apa dan siapa yang ada di sekitar kita, akibatnya hanyalah kerugian yang kita dapati. 


Salah satu dari sekian banyak koleksi nasehat Syekh Nawawi al-Bantani: "Jangan engkau abaikan, jangan engkau remehkan dan jangan pula engkau rendahkan 5 golongan, karena akibatnya engkau akan mendapatkan 5 kerugian pula" yaitu diantaranya:

(1) Ulama. Siapa yang mengabaikan ulama maka, dia akan memperoleh kerugian dalam urusan agama.

(2) Pemimpin/Penguasa/Pemerintah. Siapa yang mengabaikan Pemimpin maka dia akan memperoleh kerugian dalam urusan dunia. 

(3) Tetangga/jiran. Siapa yang mengabaikan tetangganya, maka dia akan memperoleh kerugian sejumlah manfaat sosial dari tetangga. 

(4) Kerabat. Siapa yang mengabaikan kerabat, baik kerabat dalam hubungan nasab atau keturunan, kerabat karena hubungan mushaharah (ambil-ambilan) seperti mertua, menantu dan seterusnya, atau kerabat karena ada hubungan sesusuan "radho'ah" atau "muahkhoh" maka, dia akan memperoleh kerugian cinta dan kasih sayang dari kerabat tersebut. 

(5) Istri/suami. Siapa yang meremehkan istri atau suami, maka dia akan memperoleh kerugian kenikmatan hidup. 


Betapa indahnya, andaikan ke 5 golongan itu kita hormati dan kita jadikan teman setia sebagai sumber kebahagiaan hidup. Sebaliknya betapa ruginya kita andaikan ke 5 golongan itu kita abaikan, kita remehkan, dan kita rendah. 


Ulama, Pemimpin, Tetangga, Kerabat, dan Istri/suami adalah sumber keberuntungan, sumber kebahagiaan, dan sumber kehidupan. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang merugi karena 5 golongan tersebut. 


(Diambil dari kitab Nashaihul 'Ibad, karya Syekh Nawawi al-Bantani, halaman 27 bab khomasy, al-maqalatul ula)


#4Ramadhan #1443H

Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag

Keistimewaan dan Kemuliaan Bulan Ramadhan

 

Bulan Ramadhan bukanlah bulan biasa, tetapi bulan yang luar biasa, yang banyak memiliki keistimewaan dan kemuliaan, itulah sebabnya banyak identitas yang dimiliki bulan Ramadhan. Ada yang menyebutnya bulan ampunan, rahmat, empati, tarbiyah, inovasi, motivasi dan lain sebagainya. 


Dari aspek pendidikan, banyak didikan yang dapat dipetik, khususnya pendidikan karakter. Di antara pendidikan karakter yang ditanamkan dan diharapkan berdampak pada orang yang berpuasa ada tiga pendidikan karakter utama yang dapat dijadikan sebagai sikap manusia sempurna. 


Ketiga sikap manusia sempurna yang patut untuk dicita-citakan yaitu sebagai berikut:

(1) Menjadikan diri sebagai orang yang paling baik menurut Allah SWT

(2) Menjadikan diri sebagai orang yang paling buruk dalam pandangan dirinya sendiri

(3) Menjadikan dirinya sebagai orang biasa di hadapan orang lain


Jangan kau sukai seandainya engkau terbersit untuk membeda-bedakan orang lain karena status sosial, pangkat, keturunan, atau kekayaan. Katakan tidak demi untuk kebersamaan. Mari saling mengenal, memahami, menolong dan melindungi. 


#2Ramadhan #1443h

Oleh: Prof. Dr. Rohimin Alwi, M.Ag

Dua Sumber Kemaksiatan

 


Sufyan ats-Tsauri berkata, Imam Nawawi menasehati. Ada dua sumber kemaksiatan yang perlu kita waspadai dan jangan sampai kita menjadi celaka.


Pertama, kemaksiatan yang bersumber dari dorongan syahwat atau hawa nafsu. 


Kedua kemaksiatan yang bersumber dari kesombongan, angkuh atau takabbur, yang biasanya diawali dengan rasa ujub, sum'ah, dan riya'. Kemaksiatan yang bersumber dari dorongan nafsu masih bisa diharapkan ampunannya. Sementara kemaksiatan yang bersumber dari rasa sombong sulit untuk diharapkan ampunannya. 


Karena itu, mari kita jaga kemaksiatan yang datang dari dua sumber ini. 

Wallahu a'lam bishshawab


#1Ramadhan #1443h

Oleh: Prof. Dr. Rohimin Alwi, M.Ag