Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

9.4.22

Taqorrub

 

Prof. Dr. H. Rohimin Alwi, M.Ag.

Sahabat budiman yang berbahagia. Dalam beragama betapa sering kita mendengar dan menyebut kata-kata 'Taqorrub' atau 'taqorrub ilallah' (mendekati Allah). Keberadaan Hubungan kedekatan dengan Allah bersifat abstrak atau bersifat maknawi yang tidak bisa dilukiskan dalam suasana waktu dan majlis, tetapi dalam suasana sadar rasa Dalam bahasa tasauf disebut zauq (rasa). Sadar rasa itu bisa dirasakan melalui simbol-simbol kedekatan. 


Mufassir Assa'di (1888 - 1955 M) Penulis tafsir "Taisirul Karim ar-Rahman fi tafsiri Kalamil Mannan", menegaskan bahwa taqarrub atau cara bertaqarrub itu ada 2 macam yaitu:

(1) Taqarrub dengan ilmu yg dimiliki seseorang tentang ciptaan Allah.

(2) Taqarrub seorang hamba pengabdi karena penyembahannya kepada Allah dan karena doa yg dipintanya diijabah oleh Allah. Karena ada rasa pertolongan yang diberikan dan ada taufiq yang diberikan Allah.


Oleh karena itu, untuk merasakan kedekatan itu kita tingkatkan ilmu (pemahaman) kita tentang segala ciptaannya dan kita rasakan bahwa doa kita diijabah oleh Allah SWT. Rasakan bahwa keseharian kita selalu ada pertolongan Allah dan rasakan bahwa diri kita selalu menerima pemberian bimbingan dari Allah SWT. 


Dalam hadis Qudsi riwayat Bukhari dan Muslim dinyatakan, "Apabila seorang hambaku mendekati Aku dengan berjalan maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila hambaku mendekati Aku satu jengkal maka Aku akan mendekatinya satu hasta". Betapa maha dekatnya Allah dengan hambaanya. 

Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag.

#7Ramadhan #1443H

11.3.20

Menunaikan Tugas Guru Mendidik Murid

Kata orang, guru itu harus bisa digugu (dipercaya) dan ditiru. Apalagi guru agama. Alias ustadz, kyai, ajengan dan yang semisal. Sayangnya belakangan ini banyak guru yang belum bisa dijadikan panutan oleh murid-muridnya.

Syahdan ada seorang ahli hadits bernama Muhammad bin ‘Ala. Beliau biasa dipanggil Abu Kuraib. Karena satu dan lain hal, beliau mencela Imam Ahmad bin Hambal. Ulama besar Ahlus Sunnah yang tersohor itu.

Suatu hari ada serombongan santri yang pengin berguru kepada Imam Ahmad. Beliau bertanya, “Kalian barusan menghadiri kajian siapa ?”.

“Kajiannya Syaikh Abu Kuraib” jawab mereka.

Imam Ahmad komen, “Tetaplah belajar kepada beliau. Sungguh beliau adalah guru yang berkompeten”.

“Tapi beliau kan mencelamu wahai imam ?” tanya mereka keheranan.

“Gimana lagi ? Beliau tetap guru yang berkompeten. Hanya saja beliau sedang diuji dengan diriku”.

Kisah ini dibawakan Imam adz-Dzahabiy dalam kitab beliau Siyar A’lam an-Nubala’ (XI/317).

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah menarik ini. Di antaranya, bagaimana seorang guru menunaikan tugas untuk mendidik muridnya.

Ustadz juga manusia. Sehingga kecemburuan dan perasaan iri bisa saja menjangkiti hatinya. Apalagi saat menyaksikan kenyataan bahwa ustadz lain lebih banyak jama’ahnya.

Hal itu diperparah dengan keberadaan murid-murid pendukung yang fanatik. Punya hobi menukilkan kepada ustadnya tulisan terbaru postingan ustadz pesaingnya. Tidak jarang mereka juga berperan sebagai tukang sate. Ngipas-ngipasi emosi ustadznya, hingga panas bahkan gosong. Sehingga bantahan-bantahan yang dikeluarkan pun menggunakan beragam diksi yang tidak layak untuk disematkan kepada sesama ustadz.

Seharusnya kita berguru kepada Imam Ahmad. Bagaimana beliau berusaha mendewasakan murid-muridnya. Tidak mudah terpancing dengan nukilan berita. Bahkan berusaha mendinginkan suasana.

Juga melokalisir masalah. Permasalahan pribadi tidak usah diperlebar menjadi masalah manhaj. Baca: Mawa’izh ash-Shahabah, Dr. Umar al-Muqbil (hal. 80).

Bukan berarti tidak boleh membantah berbagai penyimpangan yang bersliweran di sekeliling kita. Asalkan proporsional.

Namun akhirnya kekuatan muroqobahlah yang berperan. Allah Mahatahu motivasi kita dalam menulis bantahan. Apakah benar-benar murni ikhlas dalam rangka membela agama Allah. Atau sejatinya berakar pada kecemburuan pribadi. Namun dipoles seakan itu adalah tahdzir syar’i.

Mari belajar dewasa dan mendewasakan murid-murid kita!! 

Ustadz Abdullah Zaen MA, حفظه الله تعالى.

10.3.20

Islam Sebagai Musuh Menakutkan

Upaya menundukkan Islam telah terjadi sejak lama. Ribuan cara dicoba, berbagai strategi dan teori diuji demi 'menjinakkan singa' yang tidak pernah mau kompromi untuk sebuah kata penindasan dan kedzoliman.

Pasca perang Diponegoro (1825-1830) Belanda mengalami kerugian hebat, 20 juta gulden melayang demi meredam lima tahun perlawanan sang Pangeran. Meski ending kisah hebat itu tragis; sang Pangeran ditipu dengan picik menggunakan cara ala-ala perundingan diplomatik
Takashi Shiraisi dalam bukunya An Age in Motion: Popular Radicalism in Jawa 1912-1926, menyebutkan bahwa setelah perang Diponegoro, Belanda mengubah strateginya. Dalam rangka mereduksi kekuatan islamis, pada 27 Februari 1832 mereka membentuk lembaga Instituut Voor het Javaanshe yang berfungsi melakukan pembentukan identitas baru masyarakat Jawa yang dimulai dengan mengikis spirit Islam mereka.
Hal itu dilakukan karena orang-orang Jawa pada masa itu sangat radikal dalam berislam (baca: Kuat), apalagi mereka yang berada di lingkaran Diponegoro. Maka lembaga yang dibuat belanda tersebut bertugas untuk me-deradikalisasi mereka.
Salah satu cara yang digunakan untuk mereduksi spirit keislaman yang disebutkan Karel Steenbrink adalah; Mencitrakan Islam sebagai Musuh menakutkan.
Cara itu masih dipakai hingga hari ini, apakah masih berhasil? saya pikir tidak. Karena kaum muslimin sudah sangat cerdas membaca hal tersebut. Allahu al-Musta'an.

(By Fadjar Jaganegara)

9.3.20

Keluar Rumah Tanpa Izin Suami

Assalamu’alaikum, bagaimana hukumnya apabila ada seorang suami yang mewajibkan istrinya untuk selalu ada di rumah dan tidak boleh keluar kecuali izin dari suaminya? Terimakasih


Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Memang seharusnya seperti itu, biarpun tidak diwajibkan oleh sang suami memang menurut Islam seperti itu. Seorang istri tidak boleh keluar tanpa seizin suami. Kenapa? Karena demi kelestarian dalam rumah tangga. Agar istri tetap terayomi. Agar suami ada gambaran setiap saat dimana keberadaan istri yang harus diayomi. Takut sang suami membutuhkannya. Takut rumah tangganya nanti berantakan kalau istrinya pergi kesana kemari. Akan tetapi jika sudah diizinkan baik secara umum atau khusus maka boleh seorang wanita tersebut keluar rumah.

Tetapi seorang suami saat akan memberi izin istrinya harus sesuai dengan aturan kemuliaan yang ditetapkan dalam Islam. Seperti seorang istri bakal terhormat disaat dia pergi. Bukan asal mengizinkannya. Saat mengizinkannya bukan karena rasa takut pada istri, akan tetapi karena melihat maslahah.

Yang harus difahami tujuan daripada izin itu adalah bukan untuk mengekang seorang istri, akan tetapi justru untuk kemuliaan dan kemaslahatan seorang istri. Mungkin dengan izin itu kebutuhan istri bisa dibantu oleh seorang suami, mungkin bisa diantarkan oleh seorang suami, mungkin disaat terlambat datangnya sang suami mudah untuk mencari dan menjemputnya. Akan tetapi ada sebagian wanita aneh yang tidak senang kalau ditemani oleh suaminya. Merasa terbebani dengan izin ini karena memang dia biasa menjadi wanita liar.

Bagi wanita shalihah izin suami adalah sebuah penghargaan bagi wanita. Karena di balik izin ini adalah kewajiban bagi suami untuk melindungi dan mengayomi seorang istri. Wallahu a’lam bish-shawab.

Tanya - Jawab Buya Yahya. 

8 Jalan Rezeki Yang Disebut Dalam Al-Quran

Ada delapan pintu rezeki yang disebut dalam Al-Quran, diantaranya ialah:


1. Rezeki Yang Telah Dijamin

"Dan tiadalah sesuatupun dari makhluk-makhluk yang bergerak di bumi melainkan Allah jualah yang menanggung rezekinya dan mengetahui tempat kediamannya dan tempat ia disimpan... "Surah Hud Ayat 6. 

2. Rezeki kerana Sedekah

"Barangsiapa meminjamkan (menginfaqkan ) Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah akan melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNYA lah kamu dikembalikan" Surah Al-Baqarah Ayat 245. 

3. Rezeki Kerana Istighfar

Beristighfar lah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti dia akan mengirimkan hujan lebat mencurah-curah kepada kamu. Surah Nuh Ayat 10 & 11.

4. Rezeki Kerana Anak.

Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana takutkan kepapaan, Kami lah yang memberi rezeki kepada mereka Dan kepada kamu. Sesungguhnya perbuatan membunuh mereka adalah satu kesalahan yang besar. Surah Al-Isra’ Ayat 31.

5. Rezeki Kerana Usaha.

Dan bahawa sesungguhnya tidak Ada (balasan) bagi seseorang melainkan balasan apa yang diusahakannya. Surah An-Najm Ayat 39

6. Rezeki Tak Terduga.

Dan sesiapa yang bertaqwa kepada Allah, nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (bagi segala perkara yang menyusahkannya), serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas dihatinya. Surah At-Talaq ayat 2 & 3

7. Rezeki Kerana Menikah

Dan nikahkanlah orang-orang yang bujang (lelaki Dan perempuan ) Dari kalangan kamu, Dan orang-orang soleh Dari hamba-hamba kamu, Jika mereka miskin, Allah Akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpah kurniaNya Kerana Allah Maha Luas (Rahmatnya Dan limpah KurniaNya)  Maha Mengetahui. Surah An-Nur Ayat 32

8. Rezeki Kerana Bersyukur 

Demi sesungguhnya Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi NikmatKu kepada kamu, Dan Demi sesungguhnya jika kamu kufur ingkar, sesungguhnya azabKu amatlah keras. Surah Ibrahim Ayat 7. 

Semoga kita dapat mempelajari sesuatu tentang rezeki melalui ayat Quran. Ingat rezeki itu dari Allah.

Allah bisa memberi, Allah juga bisa menariknya kembali. Kita sebagai manusia hanya berusaha dan bertawakal kepada Allah.


Akibat Berpura-pura Shalawat


Seorang artis terkenal yang sering membintangi film-film di Mesir, suatu ketika mendapat peran memainkan peran di sebuah film untuk memerankan tokoh Sayyidah Rabiatul Adawiyah.

Di film tersebut dia hanyalah acting, pura-pura menjadi seorang wanita solehah, pura-pura solat dan ibadah-ibadah yang lain termasuk pura-pura memperbanyak membaca shalawat, kerana memang Sayyidah Rabiatul Adawiyah tokoh yang diperankan itu selama hidupnya mengamalkan 25 ribu selawat setiap hari. Mau tak mau si artis pun pura-pura pula banyak bershalawat selama shooting film tersebut.

Dipendekkan cerita. Tak lama berselang setelah artis tersebut menyelesaikan film tersebut, dia bertaubat. Asbab taubatnya sungguh luar biasa.

Dia bertaubat setelah diberi keberuntungan bermimpi Nabi Sallallahu Alaihi Wassallam dalam tidurnya. Setelah mimpi, dia mendatangi seorang ulama ternama di Mesir iaitu Syeikh Mutawwali Sya'rawi untuk membimbing taubatnya.

Itulah kehebatan shalawat. Shalawat dibaca walau dengan pura-pura pun tetap sampai kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan diterima oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.

- Ustazah Syarifah Halimah Alaydrus -

اللهم صلِّ وسلِّم على سيدنا محمد عبدك ورسولك النبي الأمي وعلى آله وصحبه وسلِّم تسليما

Amal sedikit besar keberkesanannya. 

8.3.20

Pasar di Surga

Mengenal Pasar Di Surga
Di surga kelak akan terdapat pasar bagi penduduk surga. Bagaimanakah pasar tersebut? Apakah ada jual beli di surga? Jika ada, barang dagangannya apa saja? Atau hanya sebagai kiasan?

Dalil mengenai adanya pasar di surga
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدِ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ: وَاللهِ، لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً. فَيَقُولُونَ: وَأَنْتُمْ وَاللهِ، لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً
Sungguh di surga ada pasar yang didatangi penghuni surga setiap Jumat. Bertiuplah angin dari utara mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah, engkau semakin bertambah indah dan tampan.’ Mereka pun berkata, ‘Kalian pun semakin bertambah indah dan cantik’” (HR. Muslim no. 7324)

Keadaan di pasar surga
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah, pasar disurga adalah tempat berkumpul penduduk surga. Beliau berkata,
المراد بالسوق مجمع لهم يجتمعون كما يجتمع الناس في الدنيا في السوق ، ومعنى ( يأتونها كل جمعة ) أي : في مقدار كل جمعة أي أسبوع ، وليس هناك حقيقة أسبوع لفقد الشمس والليل والنهار
yang dimaksud dengan pasar adalah tempat berkumpulnya manusia sebagaimana manusia di dunia berkumpul di pasar. Maksud dari ‘mereka mendatangi setiap hari Jumat’ adalah sebagaimana perkiraan lama waktu tiap jumat yaitu sepekan. Bukanlah makna ‘sepekan’ yang sebenarnya karena tidak ada matahari, siang dan malam (di surga).”[1]

Dan salah satu kenikmatan manusia adalah berjumpa dengan saudara dan teman-teman akrab mereka, saling menyapa, menanyakan keadaan, saling bercanda ringan, saling curhat. Ini menimbulkan kebahagiaan dan kenikmatan, apalagi sudah lama sekali tidak bertemu. Maka di surga juga disediakan kenikmatan seperti ini. Maka di surga juga disediakan sarana untuk menikmati hal ini. Dijelaskan dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,
إن سوق الجنة هو مكان اللقاء للمؤمنين بعضهم لبعض؛ لازدياد النعيم بما يجدونه من لذة وسؤدد ، وتحدث بعضهم لبعض؛ وتذاكرهم بما كان في الدار الدنيا وما آلوا إليه في الدار الآخرة؛ ويتجدد هذا اللقاء كل جمعة كما جاء في الحديث؛ لرؤية بعضهم لبعض وأنس بعضهم ببعض
Pasar di surga adalah tempar bertemunya kaum muslimin satu sama lain supaya bertambah kenikmatan. Merasakan kelezatan saling berbincang-bincang. Dan saling mengenang apa yang terjadi di dunia dan membicarakan apa yang mereka dapatkan di akhirat. Mereka bertemu setiap Jumat sebagaimana pada hadits, agar mereka bisa saling berjumpa satu sama lain.”[2]

Demikianlah ahli surga, sebagaimana jika kita bertemu dengan kawan lama dan berkumpul (reuni) maka sangat terasa nikmat dan bahgia jika kita mengnang masa-masa lalu yang indah, misalnya masa-masa ketika merintis dakwah, masa-masa ketika belajar bersama dan menjalani kehidupan bersama.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada jual-beli di surga. Yang ada hanya barang dagangan yang bisa diambil semaunya. Ini juga merupakan kenikmatan walaupun sebenarnya mereka bisa meminta apa yang mereka inginkan di sruga. Karena ada orang yang hobinya belanja, maka kenikmatan itu juga ada di surga. Allah Ta’ala berfirman,
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zukhruf: 71)
dan Allah Ta’ala berfirman,
لَهُم مَّا يَشَاؤُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya” (QS. Qaaf: 35)

Hanya laki-laki saja yang ke pasar surga?
Syaikh Abdullah Al Faqih menyatakan,
فظاهر هذا الحديث أن الذين يذهبون إلى السوق هم الرجال وحدهم دون النساء. وذلك لأن الحديث ذكر أنهم يرجعون من السوق إلى أهليهم، يعني زوجاتهم، فدل رجوعهم إليهن على أنهن لم يكن يرافقنهم
Dzahir hadits menunjukkan bahwa yang pergi ke pasar surga hanyalah laki-laki tanpa wanita. Karena dalam hadits disebutkan bahwa mereka kembali kepada keluarga mereka dari pasar yaitu istri-istri mereka. Kembalinya laki-laki kepada istri mereka menunjukkan bahwa istri mereka tidak ikut ke pasar surga.”[3]

Akan tetapi para wanita tidak perlu kecewa seandainya pendapat ini benar. Karena berkumpul dan keluarnya penduduk surga tidak hanya di pasar surga saja. Akan tetap mereka saling mengunjungi di rumah dan saling bertemu. Dijelaskan dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,
ولم يكن لقاء بعضهم لبعض في سوق الجنة فحسب ، بل يتزاورون في المنازل ، وفي مخير المنازل من مرافق ، تحت الأشجار ، وعلى شواطئ الأنهار ، وفي جميع المنتزهات المختلفة ، متى شاءوا من الأوقات التي تتناسب معهم ويرتاحون لها بل ويرغبونها
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : إن أهل الجنة ليتزاورون فيها
إنها الزيارات الممتعة ، والحياة السعيدة ، والأنس الذي لا ينقطع ، واللذة المستمرة
tidaklah pertemuan penduduk surga hanya di pasar saja akan tetapi mereka saling mengunjungi di rumah (kerajaan) mereka, Di rumah (kerajaan) siapa saja terserah mereka. Bisa bertemu di bawah pohon, di pinggir sungai dan di semua tempat rekreasi yang bermacam-macam. Kapan saja mereka ingin jika waktunya sesuai, mereka menikmatinya dan menginginkannya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “sesungguhnya penduduk surga saling mengunjungi”. Inilah saling mengunjungi yang memuaskan, kehidupan yang bahagia, hubungan sosial yang tidak terputus dan kelezatan yang terus-menerus.”[4]

[1] Syarh Muslim 16/170, syamilah
[2] Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 54/214
[3] Sumber: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php
page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=63070
[4] Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 54/214
Penulis: dr. Raehanul Bahraen

Manusia Paling Takut dengan Tiga Waktu Ini

Dalam Alquran Allah SWT pernah memberi salam khusus kepada Nabi Yahya dan Nabi Isa as, seperti dalam Firman-Nya,
“Dan salam (keselamatan) bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.” (QS.Maryam:15)
“Dan salam (keselamatan) semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS.Maryam:33)

Kali ini kita bertanya, kenapa Allah Memberi salam di tiga waktu tersebut? Ada tiga waktu yang paling menakutkan bagi manusia. 

Waktu pertama adalah ketika hari kelahirannya, terbukti dengan tangisan bayi ketika baru keluar dari perut ibunya.

Waktu kedua adalah hari ketika masuk ke alam kubur (barzakh). Karena di alam ini, hijab dari manusia mulai terbuka dan ia mulai melihat secara nyata hasil dari amalnya di dunia.

Waktu ketiga adalah hari ketika dibangkitkan di padang Mahsyar. Seperti yang digambarkan Allah swt,
“Hati manusia pada waktu itu merasa sangat takut, pandangannya tunduk.” (QS.An-Naziat:8-9)

Hari di saat tidak ada yang dapat menolong kecuali amal baik kita di dunia ini. Allah Memberi salam di tiga waktu tersebut sebagai isyarat keselamatan bagi Yahya dan Isa karena ketiganya adalah waktu yang paling menakutkan bagi manusia.

Wajah Allah Swt Menurut Ali Bin Abi Thalib ra

Serombongan cendekiawan Nasrani yang dipimpin oleh seorang uskup mendatangi Ali bin Abi Thalib yang dikenal sebagai salah satu sahabat nabi yang memiliki kedalaman ilmu.

Setelah memperkenalkan diri, mereka menyampaikan kedatangan mereka untuk mengajukan sejumlah pertanyaan teologis.
“Dimanakah Allah?” tanya salah seorang cendekiawan Nasrani.
Ali tidak menjawabnya langsung. Dia justru menyalakan api lalu mengajukan pertanyaan balik, “Manakah bagian depan (wajah) dari api ini?”
Setelah memperhatikan api yang dinyalakan Ali itu, cendekiawan Nasrani berkata, “Seluruh sisi api ini dapat dianggap sebagai bagian depan (wajah)-nya. Tak ada belakang dan tidak ada pula depan.”
Ali lalu menanggapi pertanyaan tamunya itu. “Ketika api saja yang merupakan ciptaan Allah tidak memiliki bagian depan secara khusus, maka Penciptanya sama sekali tidak memiliki keserupaan dengannya. Lebih dari itu, depan dan belakang, barat dan timur, semata-mata berasal dari Allah. Kemana saja engkau menghadapkan wajahmu, itulah wajah Allah, dan tak satupun yang tersembunyi dari-Nya.”( nl )



13.11.15

Ustadz Jaka: Nanti di Akhirat, Wajib Pakai Bahasa Arab?

Pertanyaan yang selalu berkumandang di pikiran saya ketika saya meninggal nanti, apakah di akhirat nanti kita diwajibkan berkomunikasi dengan bahasa Arab? dan apa benar bahasa Arab hanya bisa dipakai oleh manusia yang masuk surga?

Syifa Amalia, 24 Tahun


Jawaban
Sungguh pertanyaan yang sangat menarik, Dulu waktu kecil, Guru Agama Islam SD saya pernah mengatakan "Nak, pelajari bahasa Arab, kalau gak bisa bahasa Arab, nanti di akhirat mau ngomong apa?"

Sebelum lanjut ke pembahasan, Kamu perlu mengetahui tentang riwayat yang dikeluarkan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, yang menyatakan “Cintailah arab karena 3 hal, (1) karena saya orang arab, (2) karena al-Quran berbahasa arab, dan (3) bahasa penduduk surga adalah bahasa arab.”

Hadis ini diriwayatkan at-Thabrani dalam al-Ausath, al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Baihaqi dalam Syuabul Iman. Dalam sanadnya terdapat perawi bernama al-Alla bin Amr, yang oleh ad-Dzahabi dinilai matruk. Dan beliau menyebut hadis ini sebagai hadis palsu. Kemudian Abu Hatim menilainya pendusta. Hingga Imam al-Albani mennyebutkan bahwa ulama sepakat hadis ini palsu. (Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah, 1/293).

Apa Bahasa Para Penduduk Surga Kelak?

Syaikhul Islam pernah ditanya, _"__Apa bahasa yang digunakan pada hari kiamat? Apakah Allah mengajak bicara makhluknya dengan bahasa arab? Apakah benar, bahasa penduduk neraka adalah bahasa persi, sementara bahasa penduduk surga adalah bahasa arab?"_

Apa yang dijawab Syaikhul Islam? Beliau menjawab:

Kita tidak tahu, bahasa apa yang Allah gunakan untuk berkomuniasi pada hari kiamat. Kita juga tidak tahu, bahasa apa yang didengar oleh para makhluk ketika mereka berkomunikasi dengan Tuhannya. Karena Allah tidak menceritakan hal itu sama sekali, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak ada riwayat yang shahih bahwa bahasa persi adalah bahasa penduduk neraka.

Demikian pula, tidak ada riwayat shahih bahwa bahasa arab adalah bahasa penduduk surga. Dan kita juga tidak tahu adanya diskusi para sahabat Radhiyallahu ‘anhum tentang masalah ini. Bahkan mereka semua tidak memberikan komentar tentng bahasa kelak di akhirat. Karena membahas masalah ini termasuk pembahasan sia-sia.

Nasehat yang sangat indah dari Syaikhul Islam, masalah bahasa di akhirat, sebaiknya tidak perlu banyak dipertanyakan. Kita pasrahkan kepada Allah. Dia paling tahu mana yang terbaik. Akan lebih bermanfaat, jika umat lebih menyibukkan diri untuk beramal demi kebaikannya di akhirat.

Sumber