Showing posts with label Benteng Balangnipa. Show all posts
Showing posts with label Benteng Balangnipa. Show all posts

8.4.22

Sinjai, Alam Nan Elok dan Kekayaan Sejarah

 

Karampuang merupakan asimilasi dari pertemuan antara Bugis dan Makassar, Karaeng dan Puang. Sehingga tempat tersebut kemudian diberi nama Karaeng Puang dan orang menyebutnya Karampuang. 

KABUPATEN SINJAI, kurang dilirik apabila orang berwisata ke Sulawesi Selatan. Yang diingat selalu Makassar, Toraja, Bulukumba. Padahal Sinjai yang berjarak 223 km dari Makassar menyimpan budaya historis. Alamnya elok, pantainya indah, selain memiliki situs sejarah Taman Purbakala Batu Pake Gojeng.


Sinjai memang kota yang kecil nan sepi. Rasanya sangat tenang dan damai. Tidak ada hiruk pikuk atau ketergesaan seperti di Jakarta. Suasana seperti ini sudah menunjukkan aura wisata.


BENTENG BELANGNIPA

Benteng ini merupakan benteng pertahanan Belanda, yang dibangun pada tahun 1864-1868. Di benteng ini, terdapat penjara tempat pribumi ditahan. Ukurannya keci, tapi bisa memuat puluhan orang. Saya tidak bisa membayangkan betapa sesaknya penjara itu. Benteng Balangnipa adalah salah satu benteng terbesar di Sulawesi Selatan, selain Fort Rotterdam di Makassar. Benteng Balangnipa terletak di Sinjai Utara, sekitar 1 km dari pusat kota. 


Bentuk asli dari Benteng Balangnipa terbuat dari batu gunung yang diikat dengan lumpur dari Sungai Tangka dengan ketebalan dinding Siwali reppa (setengah depa). Kemegahan dan kekokohan Benteng Balangnipa dimulai sejak awal abad 16, pada 1557 oleh kerajaan Tellulimpos Lainani, Tondong, Bulo Bulol dengan bentuk dan struktur bangunan yang menghadat lee Utara dengan pemandangan ngal Tangka yang bermuara anta Telok Bone denstan pusat Kota Sinjai.


Benteng ini merupakan saksi sejarah perlawanan kerajaan Tellulimpoe dalam menentang agresi militer jajahan kaum kulit putih dalam sejarah perjuangan terbesar yang dikenal dengan nama Rumpa'na Mangngara Bombang yang terjadi pada tahun 1859-1961.


Empat buah Bastion (pertahanan) yang membentuk segi empat oval merupakan salah satu alat perang yang digunakan oleh kerajan Tellulimpoe dalam menolak serangan Belanda. Namun ketidakseimbangan kekuatan dalam hal persenjataan menyebabkan Benteng Balangnipa berhasil direbut oleh pasukan Belanda pada tahun 1859.


Setelah Belanda berkuasa di wilayah persekutuan kerajaan Tellulimpoe, Benteng Balangnipa dijadikan sebagai markas pertahanan bagi Belanda untuk membendung serangan pribumi persekutuan kerajaan Telllulimpoe. Sebuah meriam perunggu yang panjangnya 96 cm merupakan jejak peninggalan Belanda di benteng ini.


Taman Purbakala Batu Pake Gojeng

Salah satu prima dona wisata lainnya adalah taman purbakala Batu Pake Gojeng yang terletak di ketinggian 50-96 meter diatas permukaan laut, tepatnya di Biringere, Sinjai Utara, sekitar 2 km dari pusat kota Sinjai. Batu Pake Gojeng merupakan batu pahatan yang berada di Gojeng dan dipercayai sebagai batu bertuah bagi masyarakat setempat. Puncak taman purbakala Batu Pake Gojeng merupakan markas pertahanan Jepang dan tempat pengintaian terhadap kapal laut yang melintasi teluk Bone maupun pesawat terbang sekutu.


Dari ketinggian ini, Anda bisa memandang jauh deretan Pulau Sembilan dengan jejeran hutan bakau Tongke-Tongke yang rimbun serta laut biru yang menghampar di atas terumbu karang Larea-rea.


Selain memiliki potensi objek Salah satu primadona wisata wisata alam, Benteng Balangnipa juga mempunyai nilai sejarah tersendiri yang kaya akan warisan budaya khususnya bidang arkeologi. Pada 1982, oleh Rescue Excavation, ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) seperti keramik, tembikar, sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae yang diperkirakan dari zaman Dinasti Ming, fosil kayu dan peti mayat.


Masing-masing peninggalan ini, mewakili pada zamannya masing-masing. Peninggalan Megalitik terbukti dengan adanya batu berlubang dengan diameter yang variatif antara cm yang tersusun secara acak dan dikelilingi oleh sejumlah lubang kecil dan diapit oleh dua buah lubang besar. Terdapat pula bongkahan alami yang memiliki ukuran yang bervariasi serta batu berpahatp ersegi yang merupakan titik pusat dari variasi batu berpahat lainnya dimana yang berukuran paling besar dipercayai sebagai makam raja-raja keturunan Raja Batu Pake Gojeng yang pertama mempunyai nilai sejarah tersendiri yang kaya akan warisan budaya khususnya bidang arkeologi. Pada 1982, oleh Rescue Excavation, ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) seperti keramik, tembikar, sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae yang diperkirakan dari zaman Dinasti Ming, fosil kayu dan peti mayat.


Bukti peninggalan arkeologis ini telah dirapikan dan dijejer sepanjang jalan setapak sebanyak 120 buah anak tangga menuju bukit dan dijadikan lokasi obyek daya tarik wisata baik alam maupun budaya. Di dalam areal situs, berbagai pohon dapat kita jumpai seperti cemara, kalumpang, pohon cenrana yang sudah tua, kelapa, kamboja, akasia serta bougenville. Selain flora, terdapat pula berbagai jenis fauna khususnya bangsa burung seperti burung rajawali Sumatera, burung beo, burung nuri Kalimantan, burung kutilang, serta jenis burung lainnya.


Di sini juga terdapat rumah adat taman purbakala, permandian yang telah tua yang diyakini sebagai tempat permandian para raja.


Air Terjun Tujuh Tingkat 

Air terjun ini dinamakan air terjun tujuh tingkat karena memang memiliki keunikan tujuh tingkat dengan besar debit air dari atas yang berirama jatuh berulangkali sampai tujuh kali. Air terjun ini terletak di Desa Lembang Saukang, Riak-riak air yang pecah pada tujuh undakan besar yang dialiri oleh air bening nan segar dari hulu ke muara. Keindahan serta percikan air yang seirama dengan suara air terjun dapat Anda nikmati di atas jembatan gantung yang terletak pas di depan air terjun dengan ketinggian 7 meter dari sungai dan panjang 30 meter.

Selain menikmati keindahan dan kesegaran air terjun, Anda juga dapat Di sini juga terdapat rumah adat beragrowisata di kawasan ini. Durian ottong, rambutan, kedondong, jambu mete, dan lengkeng adalah pilihan buah-buahan yang dapat Anda petik langsung dari pohonnya. Selain itu, contoh tanaman lain seperti coklat, vanili, merica bahkan petai akan menjadi pemandangan sepanjang jalan menuju air terjun tujuh tingkat. Di kawasan air terjun ini terdapat vila bagi yang ingin lebih lama menikmati keindahan alam air terjun tujuh tingkat Lembang Saukang. 


PANTAI UJUNG KUPANG

Terletak di Kecamatan Sinjai Timur sekitar 15 Km dari pusat kota Sinjai. Ujung kupang merupakan salah satu objek wisata yang berpantai pasir putih selain yang anda dapat jumpai di gugusan pulau sembilan. Objek ini juga bersebelahan langsung dengan gugusan pulau-pulau sembilan dan hutan bakau Tongke-Tongke.


Jejak pelabuhan yang masih tertinggal di kawasan ini masih ada, seperti batu karang atau batu cadas di pinggir laut merupakan bekas pelabuhan dulu. Keindahan panorama alam ini tak luput dari sebuah bentukan alam dan keindahan biota laut yang penuh ragam warna dan bentuk.


Di tempat ini setiap tahunnya diadakan pesta rakyat Ma'rimpa Salo dimana kita dapat menyaksikan atraksi lomba perahu tradisional yang sarat akan makna syukur atas keberhasilan panen baik di darat maupun di laut. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk penangkapan ikan dengan cara menghalau ikan ke muara sungai dengan menggunakan ratusan perahu tradisional yang dilengkapi dengan jaring tradisional.


KAMPUNG TRADISIONAL

Kampung tradisional Karampuang terletak di desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo, kurang lebih 31 km dari pusat kota Sinjai. Karampuang merupakan asimilasi dari nama tempat dimana digambarkan sebagai pertemuan antara Karaeng (suku Makasar) dan Puang (suku Bugis). Sehingga tempat tersebut kemudian diberi nama Karaeng Puang dan orang menyebutnya Karampuang.


Karampuang sendiri merupakan nama sebuah dusun tua yang tetap melestarikan kebudayaannya. Upacara-upacara adat ritual kuno tetap bagian dari kehidupan sehari- hari masyarakatnya. Walaupun saat ini teknologi dan pola hidup modern mulai merambah kawasan adat ini.


Dalam kawasan adat akan dijumpai dua buah rumah adat dengan berbagai simbol keberadaan sejarah bagi masyarakat Sinjai. Selain rumah adat akan ditemukan pula berbagai benda yang bernilai sejarah tinggi seperti Goa Cucukan yang berisi batu bertulis mirip prasasti, sumur adat, dolmen kuburan-kuburan kuno dan sumur Karampuang yang besar. Di kawasan ini pula diadakan pesta adat terbesar di Sinjai yaitu Mappogau Sihanua dimana di pesta ini dapat kita temui para pemuka adat Karampuang, aparatur pemerintah baik tingkat daerah maupun Propinsi maupun masyarakat umum. 

Sebagai rumah adat yang bersimbol wanita, maka penempatan tangga rumah adat Karampuang terletak di tengah yang melambangkan rahim wanita yang merupakan tempat keluarnya bayi. Tangga ini mempunyai pintu yang disebut dengan batu lappa dengan pemberat dari batu yang bundar yang menyimbolkan bagian intim wanita. Karena posisi pintu yang rata dengan lantai rumah maka untuk membukanya haruslah menolak ke atas untuk menggeser pemberatnya tersebut. 


Posisi dapur diletakkan sejajar posisi pintu yang memiliki simbol sebagai buah dada wanita yang merupakan sumber kehidupan. Sesuai dengan buah dada wanita, dapur pada rumah adat Karampuang juga berjumlah dua buah.


Untuk simbol telinga wanita, dilengkapi dengan bate-bate kiri dan bate-bate kanan dengan hiasan ukiran kayu yang bermakna anting-anting sedang bagian bahu digambarkan dengan sonrong yakni tangga yang ditinggikan dan diletakkan di depan rumah dan belakang yang difungsikan sebagai tempat tinggal penghuni. Sebagai tangan yang berfungsi untuk menggenggam maka sonrong bagian belakang rumah ditempatkan semua arajang yakni benda sakral, pelengkap adat.


Lip, dari berbagai sumber


PINISI NO. 39 TH. XXVII JUNI 2014 Hal 30-32.