30.4.22

Ciri Sastra dan Tipologi Bahasa Epos Lagaligo

 

Karya sastra disebut juga karya seni kebahasaan, sebab karya sastra menggunakan bahasa sebagai materinya. Bahasa di dalam karya sastra kedudukannya berbeda dengan pemakaian dalam komunikasi biasa (percakapan sehari-hari) yang lebih diarahkan pada kepentingan praktis. Dalam karya sastra bahasa tidak diarahkan kepada apa yang ditunjuk dalam dunia eksternal (fungsi praktis), melainkan kepada tanda itu sendiri (fungsi poetik), karena itu teks seni kebahasaan pada prinsipnya menarik perhatian pada struktur tanda yang secara tidak langsung, atau secara kiasan memberikan informasi relevan terhadap konteks sosial. Karena itu bahasa merupakan sistem model dunia yang pertama, yakni membina model dunia nyata yang mempengaruhi dan menguasai kehidupan individu dan masyarakat, sedangkan karya sastra merupakan sistem model dunia kedua, bahasa sudah terjalin ke dalam sistem semiotik, pembangunan "dunia dalam kata" yang mempunyai kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri . Bahasa dan unsur-unsurnya, terutama dalam karya genre (Lagaligo), terlihat diusahakan pemanfaatannya secara maksimal. Unsur-unsur bahasa yang diabaikan, yang tidak mempunyai relevansi dalam pemakaian sehari-hari (seperti beberapa aspek bunyi, rima, urutan kata), disemantiskan sebagai unsur karya sastra .  Epos lagaligo kosakatanya membingunkan terkadang pemilihan kata (diksi) dua kata yang bersinonim disandingkan menjadi metrum untuk mencukupkan 5 suku kata sebagai ciri khas Lagaligo.


Sifat bahasa sastra sebagai bahasa yang berfungsi estetis, yaitu menarik perhatian pada perubahan struktur tanda linguistik dalam istilah Linguist disebut dengan fungsi poetik (penyelidikan mengenai puisi dari sudut linguistik) inilah ciri yang paling dominan dalam karya sastra, khususnya puisi. Fungsi poetik memproyeksikan prinsip ekuivalensi dari poros seleksi ke poros kombinasi. Ekuivalensi dikembangkan menjadi pembentuk perturutan (sequence). Seleksi diproduksi pada dasar sepadan dan ketidaksamaan, sinonimi dan antonimi, sedangkan kombinasi dibangun dari perturutan yang didasarkan pada sifat hubungannya.


Karya sastra sebagai struktur mempunyai koherensi (keselarasan yg mendalam antara bentuk dan isi ) yang intrinsik, tetapi tidak berarti struktur itu merupakan sesuatu yang objektif, tetap, dapat dibuktikan secara ilmiah, dan langsung terbuka untuk analisis ilmiah, sebab karya sastra sebagai bangunan bahasa sebenarnya adalah fakta semiotik, atau disebut juga sistem tanda, Sebagai sistem tanda dapat dibedakan dua aspeknya, yaitu penanda (signijiant) dan petanda {signifie). Penanda merupakan artefak, dan petandalah yang menjadi objek estetik, pembacalah (atau pendengar) yang memberi makna pada karya sastra, menghayati artefak atau struktur yang mati menjadi objek estetik.


Memang, karya sastra secara estetis dinikmati, ditafsirkan, dan dievaluasikan oleh masyarakat pembacanya, sebab hanya inilah jalan yang memungkinkan karya sastra mencapai realisasi estetis dan menjadi objek estetik. Namun, hal yang demikian itu tidaklah mudah dilakukan, lebih-lebih untuk karya genre seperti Lagaligo kosakatanya sebagian sudah arkais, sebab puisi atau genre mengentalkan bahasa, dan padat. Genre mengekspresikan suatu konsep atau hal secara tidak langsung, lain yang tertulis lain juga yang dimaksudkan. Karya sastra merupakan fenomena dialektik antara teks dan pembaca, karena itu pembaca tidak terlepas dari ketegangan dalam usaha menangkap makna sebuah karya sastra Karena situasi karya sastra yang demikian, dapat terungkap dua tahapan proses perebutan makna, yaitu membaca secara heuristik dilanjutkan dengan membaca secara hermeneutik. Keadaan ini sesungguhnya juga merupakan dialektik antara tataran mimetik dengan tataran semiotik. Dalam tahap pertama pembaca melakukan interpretasi secara referensial (tataran mimetik) lewat pemahaman tanda-tanda linguistik, di sini pembaca menemukan meaning, arti secara linguistik, Interpretasi tahap pertama ini tidak memuaskan, sebab unsur-unsur ungrammatical tidak dapat diinterpretasikan secara referensial, sebab menyimpang dari kode bahasa. Penyimpangan ini merupakan tiga jenis semantik tidaklangsung  (semantic indirection), yaitu: 

(1) displacing, apabila tanda berubah dari satu pengertian ke pengertian yang lain, seperti yang terjadi dengan metafora dan metonimi; 

(2) distorting, apabila terdapat ambiguitas, kontradiksi, atau nonsense (kalimat yang tidak mempunyai arti secara semantis); 

(3) creating, apabila pengorganisasian tanda keluar dari bahan (items) linguistik, seperti simetri, rima, dan ekuivalensi semantik di dalam bait . Unsur-unsur ungrammatical ini baru dapat diinterpretasikan, disemantiskan, dalam tataran yang lain, yakni tataran semiotik. Tataran mimetik merupakan kunci bagi pembacaan tahap kedua yang bersifat retroaktif, sehingga mampu membongkar kode secara struktural untuk menemukan signifikannya, dalam sistem yang tertinggi, yaitu makna keseluruhan teks tersebut sebagai satu sistem tanda.


Dalam hal perebutan makna ini harus diperhatikan pula prinsip intertekstualitas, karena sebuah teks biasanya baru bermakna penuh dalam hubungannya atau dalam pertentangannya dengan teks yang lain, Karya sastra bersifat hipogram ini tidaklah eksplisit, mungkin terjadi di luar kesengajaan penyairnya, karena pengenalannya dengan cipta sastra sebelumnya. Hal yang demikian tentulah sangat wajar terjadi, sebab sebuah karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong, ia selalu merupakan arus kesinambungan sepanjang masa.


Karena itu bahwa setiap karya sastra merupakan mozaik dari penyerapan, dan transformasi dari karya-karya yang lain. Dengan demikian, kelengkapan atau keutuhan makna sebuah cipta sastra akan dapat terlaksana dengan baik kalau pembaca juga mengenal cipta sastra lainnya, sehingga memungkinkannya memecahkan misteri sebuah puisi. Dalam hal ini perlu diperhatikan pula bahwa pembaca sendiri bukanlah sesuatu yang abstrak, atau berian yang objektif. Pembaca selaku pemberi makna adalah variabel menurut ruang, waktu, dan golongan sosial-budaya. Hal itu berarti bahwa karya sastra tidak sama pembacaan, pemahaman, dan penilaiannya sepanjang masa atau dalam seluruh golongan masyarakat tertentu. Ini merupakan fakta yang diketahui oleh setiap orang yang sadar akan keragaman interpretasi yang diberikan pada karya sastra. Teori estetik, mencoba memberi landasan teori untuk mempertanggungjawabkan variasi dalam interpretasi dan apresiasi sastra sebagai sesuatu yang wajar, dalam memberikan sambutan terhadap suatu karya sastra, pembaca diarahkan oleh horizon harapan (horizon of expectation). Namun demikian, konvensi sastra bukanlah sesuatu yang statis, yang terus berlangsung dalam ruang dan waktu tanpa perubahan, melainkan suatu sistem konvensi yang penuh dinamika. Ciri khas karya seni memang tidak mau mapan, ia selalu ada dalam ketegangan antara sistem dan pembaharuan, antara konvensi dan inovasi, antara yang lama dan yang baru.

Pendobrakan dan penyimpangan atas kode sastra bagaimanapun revolusionernya tidak pernah mutlak sifatnya, sebab pemberontakan total berarti terhapusnya kemungkinan pembaca memahami karya tersebut. Pemungkiran terhadap kovensi, berbeda kadarnya antara karya modern dengan karya tradisional. Sastra tradisional dihayati secara bersama-sama. Sifat penikmatan yang demikian itu tidak memung kinkan terjadinya penyimpangan yang terlalu jauh dari sistem norma yang dimiliki, sebab harapan penikmat juga bersifat kolektif. Meskipun demikian, ternyata dalam masyarakat tradisional pun sistem sastra tidak stabil atau tidak stabil betul. Di Sana juga selalu ada pergeseran dan perubahan dalam horizon harapan, baik pada pihak pencipta maupun penyambut karya sastra. Sifat tidak mapan karya. sastra dengan konvensi sastra menunjukkan adanya hubungan dinamik antara karya sastra dengan penciptanya, dan antara sastra dengan penikmatnya. Masya rakat sebagai penikmat mempunyai norma-norma dan nilai-nilai estetik tertentu, sesuai dengan sistem sosial-budaya mereka pada saat tertentu pula. Sistem nilai ini membimbing horizon harapan masyarakat terhadap Epos lagaligo  tidak terikat pada dunia nyata, tetapi hadir berlatar belakang kenyataan melalui makna bahasa yang dipakai di dalamnya. Kenyataan yang terkandung di dalamyna tidak perlu cocok dengan realitas yang ada, bahkan kenyataan itu mungkin sekali diputarbalikkan oleh pengarang demi keperluan dunia rekaan yang hendak dibangunnya. Bagi pengarang, cukuplah dunia rekaan yang dibangunnya itu dimengerti oleh pembacanya , pertautannya dengan dunia nyata mungkin bersifat metaforis saja, atau menyarankan secara tidak langsung. Karena itu Lagaligo tak pernah langsung dipakai sebagai dokumen historis. Akan tetapi saya menggunakannya sebagai korpus data kosakata Bugis kuno yang mewakili fenomena bahasa pada zamannya. Tipologi bahasa epos La galigo adalah tipologi bahasa Austronesia bukan tipologi bahsa tipe fleksi, sinteik sebagaimana orang menyangka kosakata kuno menyangka kosakata  Sansekerta , Bahasa Lagaligo memiliki ciri bahasa vokalis, geminasi dan memilki ciri bunyi glotal stop pada akhir kata maupun tengah kata. Bercirikan sebagaimana bahasa Austronesia pada umumnya yakni afiksasi, reduplikasi, inklusif-eksklusif, morfologi kausatif (melakukan sesuatu untuk orang lain: membukakan, membelikan); berkonstruksi subjek-kata kerja-objek (saya makan nasi). 


Oleh : Syahruddin Fattah 


9.4.22

Taqorrub

 

Prof. Dr. H. Rohimin Alwi, M.Ag.

Sahabat budiman yang berbahagia. Dalam beragama betapa sering kita mendengar dan menyebut kata-kata 'Taqorrub' atau 'taqorrub ilallah' (mendekati Allah). Keberadaan Hubungan kedekatan dengan Allah bersifat abstrak atau bersifat maknawi yang tidak bisa dilukiskan dalam suasana waktu dan majlis, tetapi dalam suasana sadar rasa Dalam bahasa tasauf disebut zauq (rasa). Sadar rasa itu bisa dirasakan melalui simbol-simbol kedekatan. 


Mufassir Assa'di (1888 - 1955 M) Penulis tafsir "Taisirul Karim ar-Rahman fi tafsiri Kalamil Mannan", menegaskan bahwa taqarrub atau cara bertaqarrub itu ada 2 macam yaitu:

(1) Taqarrub dengan ilmu yg dimiliki seseorang tentang ciptaan Allah.

(2) Taqarrub seorang hamba pengabdi karena penyembahannya kepada Allah dan karena doa yg dipintanya diijabah oleh Allah. Karena ada rasa pertolongan yang diberikan dan ada taufiq yang diberikan Allah.


Oleh karena itu, untuk merasakan kedekatan itu kita tingkatkan ilmu (pemahaman) kita tentang segala ciptaannya dan kita rasakan bahwa doa kita diijabah oleh Allah SWT. Rasakan bahwa keseharian kita selalu ada pertolongan Allah dan rasakan bahwa diri kita selalu menerima pemberian bimbingan dari Allah SWT. 


Dalam hadis Qudsi riwayat Bukhari dan Muslim dinyatakan, "Apabila seorang hambaku mendekati Aku dengan berjalan maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila hambaku mendekati Aku satu jengkal maka Aku akan mendekatinya satu hasta". Betapa maha dekatnya Allah dengan hambaanya. 

Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag.

#7Ramadhan #1443H

Tafakkur

 

Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag.

Sahabatku yang budiman. Ada dua kosa kata yang terdengar samar sama dan berasal dari akar kata yang sama yaitu 'BERPIKIR' & 'TAFAKKUR'. Namun kedua kosa kata ini memiliki muatan makna yang berbeda dan fokus yang berbeda. 


Berpikir lebih berfokus pada proses kerja otak biologis manusia sementara tafakkur lebih berfokus pada kerja spritualitas hati dan bernuansa teologis dan ibadah. Oleh karena itu, Tafakkur menjadi term tasauf & filsafat. Bisa disebut renungan religi, kebanyakan para ulama menjelaskan bahwa dalam bertafakkur ada obyek yang dituju dan akan ada hasil yang didapati dari ber-tafakkur tersebut. 


Di antara obyek tafakkur dimaksud antara lain :

(1) Tafakkur tentang ayat-ayat Allah dan hasil yang didapati, yang dihasilkan adalah tauhid dan keyakinan kepada Allah.

(2) Tafakkur tentang nikmat-nikmat Allah, hasil yang dilahirkan dan didapati adalah rasa cinta dan bersyukur kepada Allah.

(3) Tafakkur tentang janji-janji Allah dan hasil yang didapati adalah rasa cinta kepada akhirat.

(4) Tafakkur tentang ancaman Allah dan hasil yang diperoleh adalah sikap waspada terhadap perbuatan dosa.

(5) Tafakkur tentang kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan hasil yang didapati rasa malu kepada Allah.


Kita meyakini bahwa bertafakkur dengan 5 obyek tafakkur di atas akan menghasilkan hasil yang berkualitas. Ayat-ayat Allah, nikmat-nikmat Allah, janji-janji Allah, ancaman Allah, dan kekurangan-kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan sejatinya kita jadikan sebagai obyek tafakkur. Tafakkur sesaat lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun (H.R. Ibn Hiban).


Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag.

(Diresume dari kitab Nashaihul Ibad, Nawawi al-Bantani halaman. 31, al-maqalah al-khamisata asyrata. Ke-15)


#6Ramadhan #1443H

Konsumsi Dalam Pokok Ekonomi

 


Kegiatan pokok ekonomi meliputi: kegaitan produksi, distribusi, dan konsumsi. Ketiga kegiatan tersebut saling berkait dan tidak dapat terpisahkan. Dalam perekonomian modern, kegiatan yang dilakukan produsen, distributor, dan konsumen tidak mungkin berada pada satu orang.


Kegiatan Konsumsi

Konsumsi dalam arti ekonomi adalah kegiatan mengurangi atau menghabiskan kegunaan suatu barang atau jasa secara langsung balik dilakukan secara berangsur-angsur maupun habis sekaligus.


Perilaku konsumtif adalah orang yang menggunakan kekayaannya untuk melakukan konsumsi.


Aspek positif perilaku konsumtif

  • Mendorong seseorang meningkatkan pendapatannya Menciptakan pasar bagi produsen Membuka lapangan kerja
  • Mendorong produsen meningkatkan teknologi
  • Mempercepat proses pertukaran barang dan jasa


Aspek negatif perilaku konsumtif Berkurangnya kesempatan untuk menabung (hidup boros)

  • Cenderung melupakan kebutuhan masa depan
  • Mendorong konsumen melakukan pengeluaran diluar batas kemampuannya
  • Investasi rendah


Tujuan konsumsi bagi konsumen adalah untuk mencapai kepuasan yang maksimal dengan menggunakan dana yang tersedia. 

Dalam usahanya untuk mencapai kepuasan yang maksimal, maka konsumen harus dapat memilih kombinasi barang dan atau jasa yang terbaik dengan mengetahui pola konsumsi. Berkaitan dengan konsumsi, terdapat Hukum Gossen I dan II.


Hukum Gossen I: "Jika seseorang mengkonsumsi 1 macam barang secara terus menerus, mula-mula akan memberikan kepuasan yang semakin bertambah, tetapi pada titik tertentu tingkat kepuasan akan menurun hingga titik nol (tidak memberikan kepuasan)." 

Hukum Gossen II: "Manusia berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya sampai tingkat intensitas yang sama."


Pola konsumsi

Pola konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang/rumah tangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari pendapatannya.

Pola konsumsi keluarga/seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor: 

  • besarnya pendapatan
  • jumlah anggota keluarga 
  • tingkat harga kebutuhan
  • tingkat pendidikan dan status sosial
  • lingkungan masyarakat
  • usia 
  • jenis kelamin 

Penghasilan rumah tangga

  • usaha sendiri (laba) 
  • bekerja pada orang lain (upah/gaji) 
  • hasil dari milik (sewa) 
  • bunga modal/deposito/tabungan
  • dan lain-lain, misalnya uang pensiun, sumbangan/hadiah, dan pinjaman/hutang.

Semua penghasilan dan penerimaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 


Pengeluaran rumah tangga

Besar kecilnya pengeluaran keluarga tergantung pada beberapa hal sebagai berikut: 

  • tingkat penghasilan
  • besar kecilnya keluarga 
  • tingkat harga kebutuhan
  • tingkat pendidikan dan kedudukan sosial 
  • lingkungan sosial ekonomi


Engels seorang ekonom dari Jerman mengemukakan hubungan antara pendapatan dengan konsumsi. Bunyi Hukum Engels adalah: "Semakin besar pendapatan seseorang, maka semakin kecil bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi, dan sebaliknya, semakin kecil pendapatan seseorang, maka semakin besar bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi."


Pendapatan (Y) = Konsumsi (C) - Tabungan (S)


Contoh: 

Y mula-mula Rp 2.000.000,00, C = Rp 1.800.000,00, S = Rp 200.000,00 bagian pendapatan untuk konsumsi = (Rp 1.800.000,00 : Rp 2.000.000,00) x 100% = 90%


Jika Y naik menjadi Rp 2.500.000,00, C= Rp 2.000.000,00, S= Rp 500.000,00 bagian pendapatan untuk konsumsi = (Rp 2.000.000,00 : Rp 2.500.000,00) x 100% = 80%


Menyusun anggaran belanja rumah tangga

Anggaran belanja adalah suatu rencana yang disusun sedemikian rupa sehingga jumlah pengeluaran disesuaikan dengan jumlah penerimaan dalam jangka waktu tertentu Cara menyusun anggaran belanja rumah tangga adalah sebagai berikut: 

  • Memperkirakan jumlah uang yang akan diterima pada bulan yang akan datang 
  • Menyusun suatu daftar kebutuhan, yang disusun berdasarkan prioritas yaitu kebutuhan primer dan sekunder.  
  • Membuat taksiran harga atas jumlah yang diterima dengan jumlah pengeluaran.


Hak-hak dasar konsumen

  • Hak akan keselamatan 
  • Hak untuk diberi informasi
  • Hak untuk memilih 
  • Hak untuk didengar (mendapat ganti rugi)
  • Hak menikmati lingkungan bersih dan sehat 
  • Hak orang miskin dan minoritas lain untuk dilindungi kepentingannya

Primagama, Ekonomi, kelas 9, h 20-21

8.4.22

Sinjai, Alam Nan Elok dan Kekayaan Sejarah

 

Karampuang merupakan asimilasi dari pertemuan antara Bugis dan Makassar, Karaeng dan Puang. Sehingga tempat tersebut kemudian diberi nama Karaeng Puang dan orang menyebutnya Karampuang. 

KABUPATEN SINJAI, kurang dilirik apabila orang berwisata ke Sulawesi Selatan. Yang diingat selalu Makassar, Toraja, Bulukumba. Padahal Sinjai yang berjarak 223 km dari Makassar menyimpan budaya historis. Alamnya elok, pantainya indah, selain memiliki situs sejarah Taman Purbakala Batu Pake Gojeng.


Sinjai memang kota yang kecil nan sepi. Rasanya sangat tenang dan damai. Tidak ada hiruk pikuk atau ketergesaan seperti di Jakarta. Suasana seperti ini sudah menunjukkan aura wisata.


BENTENG BELANGNIPA

Benteng ini merupakan benteng pertahanan Belanda, yang dibangun pada tahun 1864-1868. Di benteng ini, terdapat penjara tempat pribumi ditahan. Ukurannya keci, tapi bisa memuat puluhan orang. Saya tidak bisa membayangkan betapa sesaknya penjara itu. Benteng Balangnipa adalah salah satu benteng terbesar di Sulawesi Selatan, selain Fort Rotterdam di Makassar. Benteng Balangnipa terletak di Sinjai Utara, sekitar 1 km dari pusat kota. 


Bentuk asli dari Benteng Balangnipa terbuat dari batu gunung yang diikat dengan lumpur dari Sungai Tangka dengan ketebalan dinding Siwali reppa (setengah depa). Kemegahan dan kekokohan Benteng Balangnipa dimulai sejak awal abad 16, pada 1557 oleh kerajaan Tellulimpos Lainani, Tondong, Bulo Bulol dengan bentuk dan struktur bangunan yang menghadat lee Utara dengan pemandangan ngal Tangka yang bermuara anta Telok Bone denstan pusat Kota Sinjai.


Benteng ini merupakan saksi sejarah perlawanan kerajaan Tellulimpoe dalam menentang agresi militer jajahan kaum kulit putih dalam sejarah perjuangan terbesar yang dikenal dengan nama Rumpa'na Mangngara Bombang yang terjadi pada tahun 1859-1961.


Empat buah Bastion (pertahanan) yang membentuk segi empat oval merupakan salah satu alat perang yang digunakan oleh kerajan Tellulimpoe dalam menolak serangan Belanda. Namun ketidakseimbangan kekuatan dalam hal persenjataan menyebabkan Benteng Balangnipa berhasil direbut oleh pasukan Belanda pada tahun 1859.


Setelah Belanda berkuasa di wilayah persekutuan kerajaan Tellulimpoe, Benteng Balangnipa dijadikan sebagai markas pertahanan bagi Belanda untuk membendung serangan pribumi persekutuan kerajaan Telllulimpoe. Sebuah meriam perunggu yang panjangnya 96 cm merupakan jejak peninggalan Belanda di benteng ini.


Taman Purbakala Batu Pake Gojeng

Salah satu prima dona wisata lainnya adalah taman purbakala Batu Pake Gojeng yang terletak di ketinggian 50-96 meter diatas permukaan laut, tepatnya di Biringere, Sinjai Utara, sekitar 2 km dari pusat kota Sinjai. Batu Pake Gojeng merupakan batu pahatan yang berada di Gojeng dan dipercayai sebagai batu bertuah bagi masyarakat setempat. Puncak taman purbakala Batu Pake Gojeng merupakan markas pertahanan Jepang dan tempat pengintaian terhadap kapal laut yang melintasi teluk Bone maupun pesawat terbang sekutu.


Dari ketinggian ini, Anda bisa memandang jauh deretan Pulau Sembilan dengan jejeran hutan bakau Tongke-Tongke yang rimbun serta laut biru yang menghampar di atas terumbu karang Larea-rea.


Selain memiliki potensi objek Salah satu primadona wisata wisata alam, Benteng Balangnipa juga mempunyai nilai sejarah tersendiri yang kaya akan warisan budaya khususnya bidang arkeologi. Pada 1982, oleh Rescue Excavation, ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) seperti keramik, tembikar, sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae yang diperkirakan dari zaman Dinasti Ming, fosil kayu dan peti mayat.


Masing-masing peninggalan ini, mewakili pada zamannya masing-masing. Peninggalan Megalitik terbukti dengan adanya batu berlubang dengan diameter yang variatif antara cm yang tersusun secara acak dan dikelilingi oleh sejumlah lubang kecil dan diapit oleh dua buah lubang besar. Terdapat pula bongkahan alami yang memiliki ukuran yang bervariasi serta batu berpahatp ersegi yang merupakan titik pusat dari variasi batu berpahat lainnya dimana yang berukuran paling besar dipercayai sebagai makam raja-raja keturunan Raja Batu Pake Gojeng yang pertama mempunyai nilai sejarah tersendiri yang kaya akan warisan budaya khususnya bidang arkeologi. Pada 1982, oleh Rescue Excavation, ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) seperti keramik, tembikar, sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae yang diperkirakan dari zaman Dinasti Ming, fosil kayu dan peti mayat.


Bukti peninggalan arkeologis ini telah dirapikan dan dijejer sepanjang jalan setapak sebanyak 120 buah anak tangga menuju bukit dan dijadikan lokasi obyek daya tarik wisata baik alam maupun budaya. Di dalam areal situs, berbagai pohon dapat kita jumpai seperti cemara, kalumpang, pohon cenrana yang sudah tua, kelapa, kamboja, akasia serta bougenville. Selain flora, terdapat pula berbagai jenis fauna khususnya bangsa burung seperti burung rajawali Sumatera, burung beo, burung nuri Kalimantan, burung kutilang, serta jenis burung lainnya.


Di sini juga terdapat rumah adat taman purbakala, permandian yang telah tua yang diyakini sebagai tempat permandian para raja.


Air Terjun Tujuh Tingkat 

Air terjun ini dinamakan air terjun tujuh tingkat karena memang memiliki keunikan tujuh tingkat dengan besar debit air dari atas yang berirama jatuh berulangkali sampai tujuh kali. Air terjun ini terletak di Desa Lembang Saukang, Riak-riak air yang pecah pada tujuh undakan besar yang dialiri oleh air bening nan segar dari hulu ke muara. Keindahan serta percikan air yang seirama dengan suara air terjun dapat Anda nikmati di atas jembatan gantung yang terletak pas di depan air terjun dengan ketinggian 7 meter dari sungai dan panjang 30 meter.

Selain menikmati keindahan dan kesegaran air terjun, Anda juga dapat Di sini juga terdapat rumah adat beragrowisata di kawasan ini. Durian ottong, rambutan, kedondong, jambu mete, dan lengkeng adalah pilihan buah-buahan yang dapat Anda petik langsung dari pohonnya. Selain itu, contoh tanaman lain seperti coklat, vanili, merica bahkan petai akan menjadi pemandangan sepanjang jalan menuju air terjun tujuh tingkat. Di kawasan air terjun ini terdapat vila bagi yang ingin lebih lama menikmati keindahan alam air terjun tujuh tingkat Lembang Saukang. 


PANTAI UJUNG KUPANG

Terletak di Kecamatan Sinjai Timur sekitar 15 Km dari pusat kota Sinjai. Ujung kupang merupakan salah satu objek wisata yang berpantai pasir putih selain yang anda dapat jumpai di gugusan pulau sembilan. Objek ini juga bersebelahan langsung dengan gugusan pulau-pulau sembilan dan hutan bakau Tongke-Tongke.


Jejak pelabuhan yang masih tertinggal di kawasan ini masih ada, seperti batu karang atau batu cadas di pinggir laut merupakan bekas pelabuhan dulu. Keindahan panorama alam ini tak luput dari sebuah bentukan alam dan keindahan biota laut yang penuh ragam warna dan bentuk.


Di tempat ini setiap tahunnya diadakan pesta rakyat Ma'rimpa Salo dimana kita dapat menyaksikan atraksi lomba perahu tradisional yang sarat akan makna syukur atas keberhasilan panen baik di darat maupun di laut. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk penangkapan ikan dengan cara menghalau ikan ke muara sungai dengan menggunakan ratusan perahu tradisional yang dilengkapi dengan jaring tradisional.


KAMPUNG TRADISIONAL

Kampung tradisional Karampuang terletak di desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo, kurang lebih 31 km dari pusat kota Sinjai. Karampuang merupakan asimilasi dari nama tempat dimana digambarkan sebagai pertemuan antara Karaeng (suku Makasar) dan Puang (suku Bugis). Sehingga tempat tersebut kemudian diberi nama Karaeng Puang dan orang menyebutnya Karampuang.


Karampuang sendiri merupakan nama sebuah dusun tua yang tetap melestarikan kebudayaannya. Upacara-upacara adat ritual kuno tetap bagian dari kehidupan sehari- hari masyarakatnya. Walaupun saat ini teknologi dan pola hidup modern mulai merambah kawasan adat ini.


Dalam kawasan adat akan dijumpai dua buah rumah adat dengan berbagai simbol keberadaan sejarah bagi masyarakat Sinjai. Selain rumah adat akan ditemukan pula berbagai benda yang bernilai sejarah tinggi seperti Goa Cucukan yang berisi batu bertulis mirip prasasti, sumur adat, dolmen kuburan-kuburan kuno dan sumur Karampuang yang besar. Di kawasan ini pula diadakan pesta adat terbesar di Sinjai yaitu Mappogau Sihanua dimana di pesta ini dapat kita temui para pemuka adat Karampuang, aparatur pemerintah baik tingkat daerah maupun Propinsi maupun masyarakat umum. 

Sebagai rumah adat yang bersimbol wanita, maka penempatan tangga rumah adat Karampuang terletak di tengah yang melambangkan rahim wanita yang merupakan tempat keluarnya bayi. Tangga ini mempunyai pintu yang disebut dengan batu lappa dengan pemberat dari batu yang bundar yang menyimbolkan bagian intim wanita. Karena posisi pintu yang rata dengan lantai rumah maka untuk membukanya haruslah menolak ke atas untuk menggeser pemberatnya tersebut. 


Posisi dapur diletakkan sejajar posisi pintu yang memiliki simbol sebagai buah dada wanita yang merupakan sumber kehidupan. Sesuai dengan buah dada wanita, dapur pada rumah adat Karampuang juga berjumlah dua buah.


Untuk simbol telinga wanita, dilengkapi dengan bate-bate kiri dan bate-bate kanan dengan hiasan ukiran kayu yang bermakna anting-anting sedang bagian bahu digambarkan dengan sonrong yakni tangga yang ditinggikan dan diletakkan di depan rumah dan belakang yang difungsikan sebagai tempat tinggal penghuni. Sebagai tangan yang berfungsi untuk menggenggam maka sonrong bagian belakang rumah ditempatkan semua arajang yakni benda sakral, pelengkap adat.


Lip, dari berbagai sumber


PINISI NO. 39 TH. XXVII JUNI 2014 Hal 30-32.

7.4.22

Perusak Hati

 


Sahabatku yang budiman. Tidak mudah memang untuk menjaga hati, Perusak hati datang silih berganti. Hati orang yang semacam kita ini selalu terus diganggu. Karena itu, kita selalu berupaya untuk mendidik dan menjaganya agar tidak menjadi hati yang mati. Bersyukurlah bagi sahabat-sahabat kita yang lain yang telah mampu menjaga hatinya tanpa henti. 


Hasan al-Basri, salah seorang tabi'in kubro rahimahullah pernah berkata mengingatkan kita,  "Rusaknya hati seorang muslim disebabkan oleh 6 faktor" yaitu diantaranya:

(1) Sengaja berbuat dosa dengan harapan bisa bertaubat dan berharap taubatnya diterima.

(2) Memiliki ilmu namun enggan mengamalkannya.

(3) Beramal dan berbuat tetapi tidak disertai dengan dengan keikhlasan. 

(4) Makan, minum dan menikmati rizki Allah tetapi tidak mau mensyukurinya.

(5) Tidak ridha dengan pemberian yang telah diberikan Allah.

(6) Pernah dan ikut menguburkan janazah tetapi enggan mengambil  pelajaran dari kematian tersebut.


Nasehat sang ulama dan cendikiawan Hasan al-Basri di atas menjadi nasehat penting bagi kita, demi untuk menjadi  seorang muslim pemilik hati yang tidak rusak. Mari kita didik dan kita jaga hati kita dengan terus berdoa, semoga hati kita tidak rusak, terpelihara dari berbagai virus penyakit hati. Jangan abaikan dosa dan merasa taubat gampang diterima, amalkan ilmu yang dimiliki, ikhlaslah berbuat dan lupakan perbuatan baik yang pernah dilakukan, Syukuri apa yang dimakan, diminum dan dinikmati, Terima apa yang sudah diberikan, dan jadikan kematian sebagai nasehat. 


(Diulas dari Kitab Nashaihul 'Ibad, karya Syekh Nawawi al-Bantani, halaman 42, bab as-Sudasi, al-maqalah ats-tsaniyata 'asyara)


#5Ramadhan #1443H

Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin Alwi, M.Ag

Lima Golongan Jangan Diabaikan dan Diremehkan

 


Sahabatku yang budiman. Dalam kehidupan ini kadangkala kita abai dengan apa dan siapa yang ada di sekitar kita, akibatnya hanyalah kerugian yang kita dapati. 


Salah satu dari sekian banyak koleksi nasehat Syekh Nawawi al-Bantani: "Jangan engkau abaikan, jangan engkau remehkan dan jangan pula engkau rendahkan 5 golongan, karena akibatnya engkau akan mendapatkan 5 kerugian pula" yaitu diantaranya:

(1) Ulama. Siapa yang mengabaikan ulama maka, dia akan memperoleh kerugian dalam urusan agama.

(2) Pemimpin/Penguasa/Pemerintah. Siapa yang mengabaikan Pemimpin maka dia akan memperoleh kerugian dalam urusan dunia. 

(3) Tetangga/jiran. Siapa yang mengabaikan tetangganya, maka dia akan memperoleh kerugian sejumlah manfaat sosial dari tetangga. 

(4) Kerabat. Siapa yang mengabaikan kerabat, baik kerabat dalam hubungan nasab atau keturunan, kerabat karena hubungan mushaharah (ambil-ambilan) seperti mertua, menantu dan seterusnya, atau kerabat karena ada hubungan sesusuan "radho'ah" atau "muahkhoh" maka, dia akan memperoleh kerugian cinta dan kasih sayang dari kerabat tersebut. 

(5) Istri/suami. Siapa yang meremehkan istri atau suami, maka dia akan memperoleh kerugian kenikmatan hidup. 


Betapa indahnya, andaikan ke 5 golongan itu kita hormati dan kita jadikan teman setia sebagai sumber kebahagiaan hidup. Sebaliknya betapa ruginya kita andaikan ke 5 golongan itu kita abaikan, kita remehkan, dan kita rendah. 


Ulama, Pemimpin, Tetangga, Kerabat, dan Istri/suami adalah sumber keberuntungan, sumber kebahagiaan, dan sumber kehidupan. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang merugi karena 5 golongan tersebut. 


(Diambil dari kitab Nashaihul 'Ibad, karya Syekh Nawawi al-Bantani, halaman 27 bab khomasy, al-maqalatul ula)


#4Ramadhan #1443H

Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag

Kendalikan Empat Hal Untuk Meraih Kemuliaan Diri

 

Sahabatku yang budiman. Keseharian kita seringkali dihadapkan dengan persoalan pelik yang sulit didamaikan, dikendalikan, sulit disikapi dan sulit diambil solusi. 


Ali bin Abi Thalib menyebutnya dengan ungkapan, "Ash'abul A'mal" atau disebut amalan yang paling sulit yaitu :

(1) Memaafkan ketika saat marah

(2) Berlaku dermawan ketika saat ekonomi sulit atau lemah

(3) Menjaga diri "iffah" dari hal yang tidak terpuji pada saat sendirian 

(4) Berkata yang sebenarnya "al-haq" kepada orang kita segani atau orang yang kita harapkan kebaikan dan petolongannya. 


Andaikan kita mampu melewati 4 kesulitan ini pertanda kita akan mampu pula meraih kemuliaan diri. Mau berlatih pertanda mau meraih, kurangi marah dengan maaf. Bentengi kesulitan ekonomi dengan dermawan, kendalikan diri saat sendirian, segani orang lain & harapkan pertongannya karena  kebenaran diri dan keberanian diri. Rasulullah mengingatkan umatnya, "Siapa yang mampu menahan marahnya, maka Allah akan menahan azabnya, hadis riwayat Ath-Thabrani". 


(Dirangkai dan diulas dari Kitab Nashaihul Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani, syarah atau penjelasan dari Kitab al-Munabbihat al-Isti'dad li yaumil Ma'ad karya Ibnu Hajar al-Asqalani). 


#3Ramadhan #1443H

Oleh: Prof. Dr. H. Rohimin, M.Ag

Keistimewaan dan Kemuliaan Bulan Ramadhan

 

Bulan Ramadhan bukanlah bulan biasa, tetapi bulan yang luar biasa, yang banyak memiliki keistimewaan dan kemuliaan, itulah sebabnya banyak identitas yang dimiliki bulan Ramadhan. Ada yang menyebutnya bulan ampunan, rahmat, empati, tarbiyah, inovasi, motivasi dan lain sebagainya. 


Dari aspek pendidikan, banyak didikan yang dapat dipetik, khususnya pendidikan karakter. Di antara pendidikan karakter yang ditanamkan dan diharapkan berdampak pada orang yang berpuasa ada tiga pendidikan karakter utama yang dapat dijadikan sebagai sikap manusia sempurna. 


Ketiga sikap manusia sempurna yang patut untuk dicita-citakan yaitu sebagai berikut:

(1) Menjadikan diri sebagai orang yang paling baik menurut Allah SWT

(2) Menjadikan diri sebagai orang yang paling buruk dalam pandangan dirinya sendiri

(3) Menjadikan dirinya sebagai orang biasa di hadapan orang lain


Jangan kau sukai seandainya engkau terbersit untuk membeda-bedakan orang lain karena status sosial, pangkat, keturunan, atau kekayaan. Katakan tidak demi untuk kebersamaan. Mari saling mengenal, memahami, menolong dan melindungi. 


#2Ramadhan #1443h

Oleh: Prof. Dr. Rohimin Alwi, M.Ag

Dua Sumber Kemaksiatan

 


Sufyan ats-Tsauri berkata, Imam Nawawi menasehati. Ada dua sumber kemaksiatan yang perlu kita waspadai dan jangan sampai kita menjadi celaka.


Pertama, kemaksiatan yang bersumber dari dorongan syahwat atau hawa nafsu. 


Kedua kemaksiatan yang bersumber dari kesombongan, angkuh atau takabbur, yang biasanya diawali dengan rasa ujub, sum'ah, dan riya'. Kemaksiatan yang bersumber dari dorongan nafsu masih bisa diharapkan ampunannya. Sementara kemaksiatan yang bersumber dari rasa sombong sulit untuk diharapkan ampunannya. 


Karena itu, mari kita jaga kemaksiatan yang datang dari dua sumber ini. 

Wallahu a'lam bishshawab


#1Ramadhan #1443h

Oleh: Prof. Dr. Rohimin Alwi, M.Ag